SELAMAT MEMBACA - MAAF APABILA ADA KEKURANGAN DALAM PENULISAN - KARENA KESEMPURNAAN HANYALAH MILIK ALLAH

19/05/16

KEINDAHAN LAUT YANG MEREKA RUSAK

Zaman sudah semakin maju, manusia menjadi individu dengan tingkat egois yang semakin tinggi, segala cara di lakukan demi mendapatkan keuntungan untuk pribadinya masing-masing, pada saat ini dunia menjadi tujuan utama bagi sebagian orang yang tidak lagi memikirkan kepentingan setelah kehidupan dunia berakhir.

Saya pribadi sangat sedih ketika sedang melakukan penelitian di suatu pantai di Jakarta, saya dan beberapa teman saya mungkin sama seperti anak-anak lainnya yang tidak melupakan untuk mengambil moment berupa foto atau video, untuk menjadi kenangan di suatu saat nanti kalo kita pernah datang ke tempat ini.

Kesedihan saya berawal pada saat saya mengingat kata-kata orang tua dulu ketika sedang melihat laut mereka mengatakan “Lihat laut, tidak ada ujungnya” begitu ucapnya, yang bermaksud kalau laut itu saling terhubung dengan luas di seluruh lautan di seluruh dunia , ketika itu saya berdiri di suatu pantai, tatapan saya langsung tertuju pada lautan luas dimana saya sedang berada, sungguh berbeda dengan apa yang saya lihat dulu dengan kenyataan yang terjadi sekarang, saya tidak lagi melihat lautan yang “tidak ada ujungnya” lagi, yang saya lihat hanyalah pasir-pasir yang membentuk suatu pulau besar dengan alat-alat atau mesin proyek raksasa, yang sangat super modern dengan segala kecanggihan serta kemampuan yang sangat hebat.

Itu adalah Proyek  Reklamasi yang sedang di lakukan oleh para pengembang dan lain-lain yang "katanya" untuk kemajuan kota dan mempersiapkan ibukota Negara di masa depan menjadi salah satu ibukota termaju di dunia.
Di dilihat dari tujuan mungkin sangat bagus demi perkembangan kota besar, tapi.

apakah dengan kamajuan kota di masa yang akan datang semua rakyat yang tinggal di sekitar proyek yang sedang di lakukan dapat merasakan kesejahteraan sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari dampak adanya proyek itu?

Penolakan demi penolakan sering mereka lakukan tapi mungkin membatalkan proyek tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan ,proyek yang memliki sejarah dan masalah yang sangat panjang hanya mereka yang tau ,iya mereka yang memiliki kepentingan demi dirinya sendiri ,kita sebagai orang kecil hanya bisa berdoa agar Allah tuhan yg maha esa mempunyai rencana besar di balik ini semua.

Jadi di saat dulu (sebelum terjadinya reklamasi) kita bisa bahagia mengambil moment-moment foto di pantai dengan background laut yang sangat indah yang tuhan telah berikan dengan segala isinya yang mampu menghidupi para nelayan, Sekarang hanya bisa tersenyum dengan background foto bukan lagi keindahan alam tapi dengan alat-alat super itu. Yang mungkin beberapa tahun kedepan akan berubah menjadi Gedung-gedung pencakar langit, tempat-tempat bisnis, perbelanjaan yang hanya dapat di nikmati oleh orang-orang yang memiliki kantong besar (Ekonomi menengah ke atas).

Pada dasarnya reklamasi pantai Utara Jakarta sangatlah memiliki sejarah panjang dari sejak jaman dahulu dan hanya bermanfaat untuk para pengembang dan pemilik kantong-kantong besar, dan  reklamasi pantai sudah mulai di salahgunakan bagi para pengelolah tempat tersebut. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup yang ada wilayah tempat terjadinya reklamasi tersebut

Harapan saya pemerintah kota Jakarta  harus menata kembali peraturan tentang kebijakan reklamasi pantai, agar reklamasi pantai tidak membawa dampak buruk bagi kelangsungan mahluk hidup yang ada di kota Jakarta, selanjutnya para pengelolah Pantai juga memikirkan apa yang akan terjadi terhadap lingkungan, dan yang terpenting pikirkan semua masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada pantai utara Jakarta, sehingga semua masyarakat tetap dapat melanjutkan kehidupannya dengan layak bahkan menjadi lebih baik bukan menghancurkan cita-cita anak-anak mereka yang di biayai melalui apa yang mereka dapat dari pantai dan laut yang sekarang sedang di kuasai oleh bapak-bapak yang hanya memikirkan orang-orang yang memiliki uang lebih, dan mereka (Warga Sekitar) juga masih warga Indonesia masi satu bendera "MERAH PUTIH" kami harap mereka juga dapat merasakan kemerdekaan yang sudah mereka Rasakan sebelum adanya reklamasi yang terjadi walaupun kehidupan mereka memang masih jauh dari mencukupi setidaknya mereka masih dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. untuk para petinggi Negara jangan hanya memikirkan pribadi diri sendri saja kalian di pilih oleh rakyat untuk mensejahterakan rakyat bukan memperkaya diri sendiri, apabila reklamasi memang akan di lanjutkan semua masyarakat harus mendapatkan hasil baik dari apapun yang terjadi tanpa terkecuali.







Penulis : Hafiz Maulana
Foto : Rizky

15/05/16

SUARA HATI SEORANG NELAYAN KERANG HIJAU SEIRING REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

     Terlalu panjang kalo kita bahas masalah Reklamasi pantai utara jakarta.
saya lebih tertarik dan prihatin dengan kehidupan nelayan seiring terjadinya reklamasi, dan kebetulan saya sebagai mahasiswa juga sedang mendapatkan tugas melakukan observasi , maka terpikirlah saya untuk mengambil tema ini walaupun tidak membahas masalah reklamasi yang terjadi, saya lebih fokus membahas dampak yang nelayan rasakan.

     Saya mulai ceritakan hasil penelitian saya dan 3 teman saya yang masuk dalam satu kelompok belajar saya, Pada hari Senin 5 mei 2016, kelompok kami mendatangi daerah muara angke tepatnya di pemukiman nelayan yang tinggal di lokasi dekat dengan proyek besar reklamasi, kami menemui satu dari ribuan nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan pantai utara Jakarta. Bapak yang kami sempat tanyakan dan sedikit mengobrol apa yang dia rasakan dengan adanya proyek besar reklamasi pantai utara Jakarta, Namanya bapak kariman, Dia adalah salah satu dari ratusan nelayan tradisional di Muara Angke yang kini nasibnya tidak karuan akibat pembangunan 17 pulau buatan itu. 

    Pulau-pulau reklamasi yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari pantai telah menjauhkan Kerang-kerang yang sudah tidak lagi tumbuh di kawasan tempat pencaharian mereka yang menjadi sumber kehidupan mereka. bapak kariman Biasa mencari Kerang mulai dari pukul 5 pagi sampai mendapat hasil yang dia kira cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di hari itu, dia sudah menjadi nelayan di wilayah muara angke dan menggantungkan hidupnya di pantai utara Jakarta selama kurang lebih 15 tahun, dalam mencari tangkapannya dia tidak sendiri yaitu bisa sedikitnya berdua dan maksimal 5 orang dalam satu perahu yang di milikinya secara pribadi (perorangan). Bapak Kariman mengakui kalau dia hanya nelayan kecil yang penghasilannya sebagai pencari kerang hanya sekitar 15-20 ember besar sebelum terjadinya reklamasi atau cukup untuk menafkahi keluarganya dalam memenuhi kebutuhan minimal makan kesehariannya.

     Setelah bercerita tentang kehidupannya,kami mulai menanyakan masalah yang sedang terjadi di daerahnya yaitu proyek besar pembangunan 17 pulau buatan itu dan apa dampak yang mereka dapatkan dari pembangunan tersebut, berikut percakapan kami dengan bapak kariman menanggapi dampak dari reklamasi terhadap nelayan-nelayan yang ada di daerah muara angke tepatnya di kampung nelayan yang lokasinya dekat dengan proyek pembangunan tersebut: 

Kami                   : Apakah Bapak sudah mendengar masalah reklamasi yang terjadi di pantai utara Jakarta? 
Bapak Kariman   : “iya sudah dengar” 
Kami                   : Bagaimana Dampak bagi bapak sebagai nelayan? 
Bapak Kariman   : “ya dampaknya bagaimana, ya orang lautnya di urug begituan kan, pertumbuhan kerang hijau kan semakin berkurang” 
Kami                   : Apakah saat ini dampak tersebut sudah bapak rasakan? 
Bapak Kariman   : “ya dampaknya banyak,Kalo musim ujan limbahnya kan di keluarin” 
Kami                   : Kalau untuk tangkapan kerang bapak sudah mengalami pengurangan? 
Bapak Kariman   : “iya berkurang” 
Kami                   : Apakah pengurangan terjadi sangat signifikan atau hanya beberapa saja? 
Bapak Kariman   : “ya tiap harinya dapetnya kalo banyak 30-35 ember ya sekarang 5 ember aja udah susah banget”
Kami                   : Dampak buruk apalagi yang bapak dapatkan selain itu? 
Bapak Kariman   : “buruknya ya ada yang tadinya di pinggir-pinggir bebatuan biasanya pertumbuhan kerang banyak sekarang sudah tidak ada” 
Kami                  : Bapak hanya mendapatkan dampak buruk? Tidak mendapatkan dampak positif? 
Bapak Kariman  : “iya buruknya saja, sampai muara aja ya kandas orang lautnya di urug kan jalan air sama lumpur kan berentinya di muara”
Kami                  : Apa yang biasa bapak bicarakan bersama nelayan lain untuk menanggapi proyek tersebut? 
Bapak Kariman  : “ya abis bagaimana si ya namanya orang kecil kan gimana lagi,orang gedenya aja kan begitu”
Kami                  : Seandainya bapak di dengarkan untuk berpendapat apa yang akan bapak sampaikan? 
Bapak Kariman   : “keinginanya si ya seperti dulu lagi gak ada pengurugan begtitu dan buat keingina nelayan mah di berhentikan jangan ada reklamasi begitu lagi karena nanti kalo semua sudah di bangun air ga bisa lewat lagi karna tertutup pembangunan ini,waktu dulu mah enak di pinggir-pinggir bebatuan juga banyak kerang yang tumbuh dan subur semua” 
Kami                   : Apakah bisa mengakibatkan banjir di wilayah bapak? 
Bapak Kariman   : “iya bisaaa, kan dari pulau A-G sudah jadi pulau kyk gitu semua jadi air dari darat tidak bisa tembus ke laut”

      Begitulah obrolan atau wawancara yang sempat kami tanyakan dari bapak kariman seorang nelayan di wilayah Pantai utara Jakarta. Dan juga sempat mendapat informasi dari beberapa media kalau Menteri pun keberatan, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti menyatakan keberatannya kepada Pemprov DKI jika nelayan hanya diberi ganti rugi berupa rumah susun tanpa memikirkan kelangsungan mata pencaharian mereka.

"Di pesisir ada stakeholders yaitu para nelayan, mereka punya mata pencaharian. Kalau depan pantai ditutup dengan pulau-pulau lalu mereka akan ke mana? ini harus jadi pertimbangan” kata bu mentri.
Menteri KKP Susi Pudjiastuti meminta pembangunan di pulau-pulau reklamasi dihentikan sementara. Namun, tidak demikian yang terjadi di lapangan yang kelompok kami lihat dengan mata kepala kami bersama. proyek pembangunan pulau buatan masih tetap berlangsung meskipun sedang dibelit kasus hukum menurut banyak orang yang tinggal di wilayah utara mereka mengatakan kalau proyek tersebut lebih sering aktif di malam hari.







Penulis : Hafiz Maulana 
Foto     : Rizky,Ridwan,Hafiz & Ichsan
Video   : Ichsan